Pages

Kamis, 29 November 2012

dan lagi


Aku sudah sering merasakan ini. Seperti terbuang sia sia disaat aku merasa aku yang paling berharga. Dulu, aku tak pernah berfikir akan bisa sedekat itu dengan bintang yang nyalanya tak begitu terang namun tetap ingin aku raih. Aku tak pernah berfikir bisa mendengarkan suara kicauan indah dari burung kecil lucu yang dianggap orang tak istimewa, karena aku tinggal di tempat yang amat jauh dari burung itu.  

Ya, aku memang tidak pernah berfikir bisa mengenal dirinya sedekat itu. Bagiku , melihatnya dari jauh dan mendengar suaranya yang tak merdu itu sudah sangat cukup. Aku tak perlu berada didekatnya setiap kali aku merindukannya. Aku cukup memperhatikan gerak geriknya dari sebuah lubang kecil yang takkan pernah ia sadari keberadaannya.

Tapi dikala aku sudah menyadari dimana letak keberadaanku sebenarnya, ia datang. Membawa sejuta perasaan semu yang sewaktu waktu bisa melahap habis hatiku yang tak berperisai ini. Yah, dia melakukannya. Dia membuat pikiran pikiran sederhanaku melanglang buana mencari pembenaran atas sikapnya. Berjalan kemana dia membawanya. Bahkan walaupun dia membawa pikiran ku ke tempat yang seharusnya tak pernah aku datangi, tempat yang hanya boleh didatangi oleh dua hati yang  jelas jelas saling bertautan. Bukan dua hati yang salah satunya di permainkan.

Aku terlalu bodoh memang, namun bagaimana lagi. Aku menikmati kepedihan ini. Aku menikmatinya, setiap perlakuannya yang oleh pikiranku diartikan berbeda. Yang oleh hatiku di artikan istimewa, yang oleh perasaanku diartikan menyenangkan. Yah, itulah aku, seorang perempuan bodoh yang tak tau harus apa disaat datang sebuah harapan semu.